Memang sangat klasik dan sepertinya sudah merupakan bahasan yang basi buat kita-kita.
Dari jaman Rama dan Shinta, Romeo dan Juliet, Nyai Dasimah,
sampai ke jamannya Cinta dan Rangga.
Tema ini masih menjadi tema yang sangat asyik dan menggoda untuk dibicarakan.
Sekali lagi, sangat klasik dan basi.
Aku pernah mencoba menjauh dari fenomena cinta dengan caraku sendiri.
Satu langkah yang pernah aku banggakan bahwa aku pernah bilang
bullshit dengan yang namanya cinta sejati,
cinta pada padangan pertama,
entah apalah lagi istilahnya yang diberikan untuk benda tak berujud yang disebut 'Cinta'.
Ada pada tahap paling kritis saat aku mulai kehilangan kepercayaan
dengan segala macam hal yang berhubungan dengan cinta.
Memang separah itu.
Aku terus mencoba membuat sisi praktikal
teoriku yang tak pernah lagi menyebutkan cinta sebagai benda agung yang
selalu dipuja-puja oleh khalayak.
Rangkaian pengalaman pahit yang membawaku pada satu kesimpulan dan prinsip hidup
bahwa cinta tidak akan pernah bisa mengalahkan
langkahku untuk mencapai tujuan hidup yang lain.
Ada banyak fenomena hati yang kemudian turut
membentuk satu sikap baru tentang apa itu cinta dan apa gunanya cinta?
Saat itu, cinta sudah mulai aku sejajarkan dengan barisan kata nafsu,
godaan, hambatan, peperangan, dan sederet banyak
kata yang sudah mulai aku formulakan untuk mengikis makna cinta yang sebenarnya.
Dan aku merasa berhasil menang dalam medan pertempuran hebat. Itu kata logikaku.
Aku mulai menyebutnya masa rennaissance baru dalam catatan sejarah perjalanan hidup.
Memang ada banyak titik perubahan yang sengaja aku buat untuk
mewujudkan makna hidup baru untuk lepas dari
pola kebiasaan yang pernah menjunjung tinggi cinta sebagai
maharaja dalam kerajaan hati setiap orang.
Ada fenomena asing yang mulai tampak,
ada kesadaran menjadi manusia baru dengan satu prinsip hidup baru yang
bagiku sangat layak dilanjutkan.
Seperti istilahku, aku serasa hidup di bumi lain yang
berjarak jutaan kilo dari bumi yang sebenarnya.
Aku membangun tembok-tembok baja berukuran tinggi di sekelilingku,
dan hanya berjarak beberapa centi saja dari naungan langit.
Memang sangat tinggi, dan sangat kolosal.
Rancangan bangunan tembok yang aku bangun dari tempaan baja dendam,
dipatri dalam tungku kebencian dan trauma panjang yang
sanggup mengalahkan suhu panas sinar matahari.
Bayangkan, betapa kuatnya tembokku. Satu kilo meter
dari jarak tembok membentang sungai panjang yang mengelilingi
tembokku sebagai lapis kedua.
Sementara di bagian lapis pertama dari jarak satu kilometer dari aliran sungai,
aku menyalakan api abadi yang sanggup membakar siapapun
dan benda apapun yang mencoba melewatinya.
Satu benteng pertahanan yang aku bangun dengan
satu misi untuk menghalau masuknya cinta dan tentara-tentara hatinya.
Teriakan kemenangan dan sorak kebanggan membuat aku semakin menikmati masa rennaisance ku.
Sampai pada suatu masa...
Cinta dengan penampakan ragawinya datang menghampiri
tembokku tanpa pengawalan ketat dari tentara hatinya.
Yaa, sendiri tanpa penawalan seperti yang pernah aku lihat sebelumnya.
Kehadiran cinta membuat satu permasalahan yang sangat dahsyat.
Terjadi penghianatan di sana-sini.
Kobaran api dahsyat sebagai tentara baris depanku berhianat dengan caranya sendiri.
Dia memadamkan dirinya sendiri dan memberikan gerbang
pertama bagi cinta untuk masuk menembus tembokku.
Barikade Sungai sengaja membekukan airnya sampai minus 17 derajat celcius
agar bisa dijadikan jalan bagi
cinta untuk menuju ke barisan tembok berikutnya. Aku histeris hebat.
Berteriak dan memaki kepada semua tentara
pelindungku yang berhianat. 'Kemana kalian saat aku sangat membutuhkan kalian?
Dimana rasa setia kalian saat musuh
utama kita masuk ke sisi luar tembokku?'
Dan aku terus menghujat semua tentara penghianatku.
Keterkejutanku bertambah hebat saat pengawal istimewaku,
satu-satunya pelindung terakhirku dengan sengaja
merobohkan dirinya dan berlutut luruh saat cinta hadir di hadapan mereka.
Lengkap sudah penghianatan panjang dalam sejarah perjuangan kerajaanku meraih sisi dunia baru.
Tubuhku lemas terasa tak bertulang penyangga raga lagi.
Duduk terkulai lemas dalam posisi tubuh duduk bersimpuh tak berdaya.
Di hadapanku cinta berdiri dengan angkuhnya.
Dan ia memaksaku untuk melihat ke atas dengan satu kekuatan tak terdefinisikan.
Aku menegakkan kepala pelan-pelan.
"Kau masih belum percaya dengan kekuatanku? Coba lihat sekelilingmu?
Kamu hanya seorang diri disini.
"Cinta menegurku dengan sikap angkuhnya.
Aku terdiam dan hanya menatap dengan kedua mata sayuku.
"Sejauh mungkin kamu menghindar dariku, kau tak akan pernah
lepas dari pengaruh kerajaanku, manusia.
Kalau saja kamu sadar terbuat dari apakah perangkat-perangkatmu." Cinta berkata lagi.
"Kalau kamu ingin menjauh dari kerajaanku,
hilangkan dulu perangkat hati dan nurani kamu.
Jika hanya logika adalah tentara utamamu,
kau tidak akan pernah menang dalam pertempuran ini.
Dan kau harus tahu, bahwa selagi ada mereka,
aku masih tetap bisa menghampiri bahkan menyentuhmu." Katanya.
Cinta mengajakku berdiri dan menatapku dengan satu kekuatan penuh yang sangat aneh.
Udara di sekitarku berubah dalam skala kesejukan tingkat tinggi,
kenyamanan baru mulai aku rasakan seiring cinta melangkah mengelilingi tubuhku.
Semua kekuatan itu menelanjangi baju perangku yang sudah
aku persiapkan dengan satu prinsip hebat.
Aku telanjang dalam keterasingan lagi. Tapi justru dengan cara itu
aku mulai mendapatkan satu kenyaman lagi
yang terus membawa hatiku dalam satu tujuan baru.
Semua prinsip dan logikaku runtuh dalam waktu sekejap.
Hilang begitu saja. Tanpa bekas. Aku merasa malu dan masih merasa malu dengan kekalahanku.
"Kamu akan tetap jadi pengabdiku sepanjang hidupmu selagi kamu masih mengaku bernama manusia.
Lihat aku dan rasakan aku.
"Kata cinta dalam satu dialog akhir.
Cinta berlalu dengan langkah-langkah anggunnya menuju satu tujuan singgasananya
yang tak pernah tertaklukan.
Aku mengikutinya serasa ada kekuatan yang menggerakkanku secara tiba-tiba.
Langkah-langkah ringan yang semakin cepat bergerak dan tanpa terasa
aku sudah berada di singgasana
Cinta dan keagungannya di depan khalayak.
Cinta menatapku lagi dan berkata pelan namun menyejukkan.
"Manusia, sampai kapanpun kau tak akan pernah bisa menjauh dan mengalahkan kekuatan kerajaanku."
Aku mengangguk tersenyum ikhlas dalam suasana nyaman,
yang membuatku untuk tinggal dan mengabdi lama di kerajaan cinta.
Sekali lagi, Masih percayakah kau dengan kekuatan cinta?